MGMP MATEMATIKA SMP KABUPATEN NGANJUK - Profesional Berwawasan Global MGMP MATEMATIKA SMP KABUPATEN NGANJUK: Maret 2012

Senin, 26 Maret 2012

Guru Diajak Melek Internet




Ilustrasi

Jakarta, Kompas - Guru- guru diajak memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam menunjang pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan mudah dimengerti siswa. Untuk itu, guru perlu terus didorong untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan kompetensi dalam memanfaatkan teknologi informasi untuk pembelajaran.Ajakan bagi guru untuk memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, terutama internet, untuk pembelajaran digagas Konsorsium Gerakan Guru Melek Internet (KGGMI). Konsorsium ini berupaya meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia dengan menjadikan guru di Indonesia mampu menggunakan komputer dan teknologi informasi sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran mereka, baik di kelas maupun di luar kelas.

Satria Dharma, Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (IGI), yang dihubungi dari Jakarta, Senin (19/3), mengatakan, IGI mendukung gerakan guru melek internet bersama Asosiasi Perguruan Tinggi Komputer (Aptikom) dan PT Telkom Indonesia. Gerakan guru melek internet berisi bermacam kegiatan yang melibatkan guru, profesional, dan sponsor sehingga akan mempercepat proses peningkatan kualitas dan kompetensi profesional guru, terutama dalam hal kemampuan penggunaan internet untuk kemajuan dunia pendidikan di Indonesia.

�Targetnya, dalam lima tahun akan dilatih sejuta guru di seluruh Indonesia,� kata Satria. IGI yang saat ini berada di 14 provinsi dan 82 kota/kabupaten mendorong guru memanfaatkan kesempatan ini.

Guraru 2012

Dukungan guru Indonesia yang dapat memanfaatkan perkembangan teknologi untuk pembelajaran juga datang dari Acer Indonesia lewat program Acer Guru Era Baru (Guraru) 2012.

�Melalui Guraru, kami ingin semakin banyak tenaga pendidik di Indonesia yang menggunakan teknologi informasi, khususnya menggunakan sisi positif dari booming-nya jejaring sosial dalam berkomunikasi dan mendidik anak murid mereka, sehingga siswa-siswi Indonesia dapat memperoleh manfaat belajar tidak hanya di dalam sekolah, tetapi juga di luar sekolah,� ujar Putu Khadafi, Head of Public Sector Acer Indonesia.

Program Guraru memungkinkan guru mengikuti seminar, pelatihan, serta program pemilikan notebook dengan penawaran khusus dan sistem pembayaran berkala. Program pemilikan notebook dengan penawaran khusus ini meliputi sistem operasi, fungsi aplikasi dasar perkantoran, edukonten, buku sekolah elektronik, paket data, dan sertifikasi, yang selanjutnya memenuhi ketentuan dari program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Acer tiap tahun memberikan penghargaan Acer Guraru kepada guru terpilih yang dinilai telah memanfaatkan teknologi dengan efektif dan kreatif. Penghargaan ini mulai diberikan pada tahun 2011. Hingga saat ini, Guraru telah menjangkau lebih dari 20 provinsi atau 30 kota/kabupaten. (ELN/*)

LIPI: Guru Kekurangan Waktu Meneliti karena Mengajar

SEMARANG, KOMPAS.com - Penelitian-penelitian yang dilakukan guru selama ini masih minim karena guru kekurangan waktu meneliti akibat waktunya habis untuk mengajar. Hal itu dikatakan Pustakawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Rosa Widyawan."Penelitian yang sering ditemukan masih sebatas penelitian tindakan kelas (PTK). Namun persoalan riil yang terjadi di kalangan siswa masih jarang," katanya, di Semarang, Jawa Tengah, Rabu (7/3/2012).

Padahal, kata Rosa, persoalan-persoalan riil yang terjadi di kalangan siswa seperti tawuran, perilaku anak-anak yang membolos justru lebih mengena dan membutuhkan langkah penyelesaian secara optimal melalui penelitian mendalam.

Ia menjelaskan, riset-riset yang dilakukan guru masih sebatas penelitian tindakan (action). Akan tetapi, penelitian yang sifatnya aplikatif belum banyak dilakukan sehingga akan memengaruhi prestasi belajar siswa di sekolah.

"Kalau secara kuantitas, sebenarnya ada sekitar 4.000 an hasil riset guru yang ada di LIPI. Namun secara kualitas dan kontinuitas memang tidak banyak. Akibatnya, riset-riset guru �mati suri�, tidak berkelanjutan," katanya.

Rosa yang juga aktif meneliti kajian jurnal itu mengemukakan, hasil riset yang dilakukan guru seharusnya masuk dalam jurnal sebagai tempat mengomunikasikan hasil-hasil kajian dengan berbagai pihak untuk ditindaklanjuti.

Menurutnya, gejala-gejala sosial yang terjadi di kalangan siswa, misalnya tawuran, perilaku bolos sekolah, prestasi akademik menurun memerlukan penanganan secara khusus yang tidak mungkin mengandalkan kemampuan umum guru.

"Sebagai contoh profesi dokter, penanganan penyakit diabetes tentunya tidak mungkin mampu dilakukan oleh seluruh dokter, namun dokter yang ahli di bidang itu. Demikian juga kondisinya dengan profesi guru," papar Rosa.

Dari hasil-hasil kajian terhadap gejala sosial di kalangan siswa, lanjut Rosa, ke depannya diharapkan mampu membekali guru dengan keterampilan-keterampilan tertentu untuk mengatasinya secara lebih efektif.

"Tentunya, masalah yang dihadapi akan berbeda dan semakin berkembang. Ini memerlukan riset guru untuk membantu menemukan solusi pemecahan masalah. Namun, yang terpenting untuk mengawalinya guru harus �melek� informasi," kata Rosa.

Tunjangan Profesi Guru Tahap I Cair April

JAKARTA - Para guru penerima tunjangan profesi pendidik (TPP) tidak perlu lama-lama menunggu rapelan pencairan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) meminta TPP dicairkan tepat waktu. Yaitu dirapel tiga bulan sekali. Untuk tahap pertama, dijadwalkan cair bulan depan. Mendikbud Mohammad Nuh menjelaskan, tahun ini tidak perlu lagi ada kasus keterlambatan pencairan TPP. Selain itu, dia berharap skenario pencairan TPP yang dirapel tiga bulan sekali tidak kacau seperti tahun lalu. Dia menjelaskan, tahun ini diharapkan seluruh guru penerima TPP tidak lama-lama menunggu pencairan rapelan.

Dia menjelaskan, pada tahap pertama TPP diterima April depan. TPP yang dikucurkan bulan depan itu merupakan rapelan sejak Januari, Februari, dan Maret. Sedangkan untuk tahap kedua nanati, TPP dijadwalkan cair pada Juli. Lalu untuk tahap ketiga TPP cair pada Oktober, Kemudian gelombang terakhir pencairan TPP peride 2012 dijadwalkan Desember. "Harus dipaskakan untuk bisa dicairkan sesuai aturan. Yaitu dirapel tiga bulan sekali," tegas mantan Rektor ITS itu.

Dia mengatakan, tahun lalu masih ada keluhan jika TPP dicairkan setahun sekali. Sekitar penghujung Ramadhan menjelang Idul Fitri. Muncul dugaan, uang yang sejatinya sudah disetor oleh pemerintah pusat ini ditimbun dulu oleh pemerintah kabupaten atau kota untuk dikeruk bunga simpanannya.

Nuh mengatakan, pihaknya mulai tahun ini akan memantau lebih dalam terkait pencairan TPP ini. Dia sudah berkoordinasi dengan Inspektorat Jendral (Itjen) Kemendikbud untuk menelusuri jika ada pencairan TPP yang nyangkut. Kerja dari Itjen Kemendikbud ini akan melihat perkembangan pada April nanti. Jika ternyata sudah tersalurkan ke guru, maka proses pencairan TPP sudah berjalan baik. Sebaliknya, jika masih ada guru yang belum menerima TPP berarti ada persoalan di daerah.

Sementara terkait persoalan klasik yaitu jumlah nominal TPP tidak sama dengan gaji pokok Nuh mengatakan terkendalam persoalan pendataan. Dia mengatakan, TPP untuk pencairan 2012 ini sudah disusun pada atau direncanakan pada 2011 lalu.

Sehingga, data yang digunakan adalah gaji guru PNS pada 2011. Tapi, pada kenyataannya selama 2012 telah terjadi kenaikan pangkat pada sejumlah PNS. Nah, di sinilah letak persoalan ini. Dia masih terus berkoordinasi untuk mencai formulasi untuk mengantisipasi ketidak cocokan antara nominal TPP dengan gaji pokok PNS.

Seperti diketahui, besaran TPP setiap bulan untuk guru PNS diterima sebesar satu kali gaji pokok. Sedangkan untuk guru non PNS, besaran TPP ditetapkan Rp 1,5 juta per orang per bulan. Tujuan dari pemberian TPP ini untuk peningkatan kesejahteraan guru, melalui peningkatan profesionalisme mengajar.

Tahun ini, diperkirakan guru yang berhak menerima TPP berjumlah 746.700 orang. Dalam postur APBN 2012, uang yang disipakan untuk pembayaran TPP ini mencapai sekitar Rp 30 triliun. Jumlah ini naik sebesar Rp 12,1 triliun dibandingkan dengan APBN-P 2011. (wan)