MGMP MATEMATIKA SMP KABUPATEN NGANJUK - Profesional Berwawasan Global MGMP MATEMATIKA SMP KABUPATEN NGANJUK: Maret 2013

Jumat, 22 Maret 2013

Prestasi Sains dan Matematika Indonesia Menurun

JAKARTA, KOMPAS.com - Pencapaian prestasi belajar siswa Indonesia di bidang sains dan matematika, menurun. Siswa Indonesia masih dominan dalam level rendah, atau lebih pada kemampuan menghafal dalam pembelajaran sains dan matematika.Demikian hasil Trends in Mathematics and Science Study (TIMSS) yang diikuti siswa kelas VIII Indonesia tahun 2011. Penilaian yang dilakukan International Association for the Evaluation of Educational Achievement Study Center Boston College tersebut, diikuti 600.000 siswa dari 63 negara. Untuk bidang Matematika, Indonesia berada di urutan ke-38 dengan skor 386 dari 42 negara yang siswanya dites. Skor Indonesia ini turun 11 poin dari penilaian tahun 2007. Pada TIMSS matematika kelas VIII tersebut, peringkat pertama diraih siswa Korea (613), selanjutnya diikuti Singapura. Nilai rata-rata yang dipatok 500 poin. Adapun bidang sains, Indonesia berada di urutan ke-40 dengan skor 406 dari 42 negara yang siswanya dites di kelas VIII. Skors tes sains siswa Indonesia ini turun 21 angka dibandingkan TIMSS 2007. Wono Setyabudhi, dosen matematika dari Institut Teknologi Bandung, yang dihubungi dari Jakarta, Jumat (14/12/2012), mengatakan, pembelajaran matematika di Indonesia memang masih menekankan menghapal rumus-rumus dan menghitung. Bahkan, guru pun otoriter dengan keyakinannya pada rumus-rumus atau pengetahuan matematika yang sudah ada. "Padahal, belajar matematika itu harus mengembangkan logika, reasoning, dan berargumentasi. Sekarang ditambah malah harus bisa meyakinkan orang lain. Ini tidak pernah dikembangkan dalam pendidikan Matematika di sekolah," kata Wono. Menurut Wono, kelemahan utama buruknya pembelajaran matematika akibat kualitas guru matematika yang rendah. Karena itu, penguatan kualitas guru matematika perlu diprioritaskan. "Untuk pembelajaran tematik integratif yang hendak diberlakukan di Kurikulum 201 juga dicermati. Jangan matematika jadi tidak berkembang," kata Wono. Terkait prestasi sains siswa Indonesia yang masih di level rendah dan intermediate juga perlu perhatian serius. Adanya keinginan pemerintah untuk menggabungkan IPA dalam mata pelajaran lain seperti bahasa Indonesia di jenjang SD, harus dicermati serius. Dari berbagai masukan soal struktur kurikulum di SD, pendidikan sains dirasakan tetap perlu ditonjolkan sebagai mata pelajaran tersendiri.

10 Tahun Lagi, Ahli Matematika Makin Dibutuhkan

JAKARTA, KOMPAS.com — Ilmu eksakta makin tahun makin memegang peranan penting. Bahkan kini muncul model pendidikan STEM, yaitu sains, teknologi, teknik, dan matematika, yang semuanya merupakan cabang dari ilmu eksakta. Model pendidikan ini dipercaya menjadi kunci sukses bagi anak-anak saat ini.Franchise Division Director Eye Level Indonesia, Afan Suryadi, mengatakan bahwa dari riset yang dilakukan oleh National Science Foundation, sekitar 80 persen pekerjaan pada 10 tahun mendatang membutuhkan generasi yang ahli matematika dan ilmu pengetahuan serta melek teknologi. "Dengan STEM ini tidak hanya sekadar meningkatkan kualitas hidup mereka nantinya, tapi juga meningkatkan daya saing SDM Indonesia di kancah dunia," kata Afan saat diskusi tentang pendidikan STEM di FX Lifestyle Center, Jakarta, Kamis (21/3/2013). Terkait dengan perkembangan SDM Indonesia, ia menyebutkan bahwa saat ini pencapaian prestasi belajar siswa Indonesia menurun, khususnya di bidang sains dan matematika. Untuk bidang matematika, Indonesia berada di urutan ke-38 dari 42 negara dengan skor 386. Kemudian untuk bidang sains, Indonesia ada di urutan ke-40 dari 42 negara dengan skor 406. "Padahal, kemampuan di bidang sains dan matematika ini akan semakin dibutuhkan nantinya. Karena itu, harus mulai diperkuat lagi agar prestasi Indonesia meningkat dan pasti diikuti dengan SDM yang berkualitas juga," jelas Afan. Ia juga mengungkapkan bahwa dengan proses pendidikan STEM ini, anak-anak akan terdorong untuk mengasah kemampuan nalar dan berpikir kritis dalam memecahkan masalah. Selain itu, pendidikan ini juga membantu anak-anak untuk memahami isu yang lebih kompleks dan mencari solusi kreatif. "Menguasai ilmu ini berarti mampu membuat keputusan dengan mempertimbangkan basic thinking dan critical thinking," tandasnya.

Selasa, 12 Maret 2013

Undangan Kunjungan ke UM

Undangan/pemberitahuan  Peserta MGMP Matematika  untuk mengikuti kegiatan Kunjungan ke Universitas Negeri Malang ( UM ) berangkat besok :

  •  Hari                    : Kamis
  •  Tanggal              : 14 Maret 2013  
  •  Pukul                  : 05.00 wib 
  •  Tempat               : SMP Negeri 2 Nganjuk